Selepas maghrib di tanggal 22 Maret tiap tahunnya, selain saya terharu mengenang apa yang dilakukan Ibu saya sehari sebelum saya lahir ke dunia, saya juga selalu terotomatis berpikir dalam, berkhayal, dan mempertanyakan banyak hal kepada diri saya sendiri. Berpikir bahwasanya saya sudah tidak lagi muda untuk menghadapi hidup di luar dugaan saya, yang ternyata segila itu. Berkhayal tentang banyak what ifs, apa jadinya hidup saya jika saya bisa secara totalitas menikmati hal-hal detail pada kesederhanaan aktivitas sehari-hari yang simply membahagiakan seperti yang dilakukan Amelie dalam film Amelie (2001), atau menjadi Nisa yang sangat kalem dan content dalam film cin(T)a (2009), atau menjadi Nyai Ontosoroh yang begitu tegas dan berpendirian kuat di Bumi Manusia, tetralogi Buru oleh Pramoedya Ananta Toer, atau menjadi seperti Ika Natassa, banker sekaligus penulis yang buku-bukunya sangat saya suka, yang kalau diibaratkan otak kanan dan kiri beliau benar-benar berfungsi maksimal, atau seperti banyak orang-orang talented di luar sana yang saya follow di instagram dan twitter -yang dengan membaca sharing mereka secara cuma-cuma lewat snapgram atau kultweet mereka cukup membuat semangat saya untuk belajar dan berlatih kembali membara-, they are very good at specific thing; cooking well, styling, decorating, writing, reviewing, film-making, photography, etc. Dan terakhir, mempertanyakan banyak hal kepada diri saya sendiri dengan macam-macam pertanyaan klise yang sering muncul ketika kita sedang berkontemplasi, seperti: Sudah sejauh apa kamu berjalan menuju harapan-harapan dan mimpimu? Sudah bermanfaat untuk orang lain? Orang banyak? Sudah jadi apa kamu sekarang? Goalsmu apa kabar? Rencana-rencanamu? Kamu sudah bahagia belum? Sudah ketemu sama tujuan hidupmu? Sebenarnya mau digimanain sih hidupmu?
At the very beginning, I know I am always hard to my own self .
Sometimes, it shocks the hell out of me.
Namun, walau begitu, saya jadi senyum-senyum sendiri sembari mengingat kata Andrei Tarkovsky yang sangat saya sepakati sepenuhnya, "Jika kamu bosan dengan dirimu sendiri, kamu dalam bahaya". Saya jadi bersyukur karena saya sudah mampu berdamai dengan diri saya sendiri, sudah mengerti apa yang menjadi kekurangan dan kelebihan saya, dan saya merasa begitu bahagia menjadi diri saya sendiri setelah sekian banyak hal yang demikian melelahkan dan berpotensi membuat saya benci banyak hal atau menyerah di tengah jalan.
Dalam kurun waktu setahun setelah saya menginjak usia 20, banyak hal-hal yang tidak disangka-sangka, jika tidak bisa dibilang ajaib, terjadi begitu saja. Saya patah sepatah-patahnya, saya kehilangan diri saya sendiri yang katanya Zedd aja 'if I lost myself, I lost it all', dan upaya-upaya berdamai dengan diri sendiri yang prosesnya berdarah-darah. Namun, memang sungguh benar ya apa yang dijanjikan sama Tuhan di kitab suci. Sesudah kesulitan ada kemudahan. Pada akhirnya, saya berhenti pada satu kesimpulan yang bisa membantu hidup saya menjadi lebih efisien: "Jalan aja dulu, berjuang, nggak usah berhenti apalagi mundur, gimanapun keadaannya, sesakit apapun rasanya, toh nanti juga bakal lupa rasa lelah dan rasa sakitnya berjuang."
Because you, your strength, suture, and pressure in life are real.
But simply put, you still can choose to smile and take it easy.
Just because, that is life you live in.
Just because, that the world works apparently.
Setelah banyak hal-hal tak terduga terjadi di awal usia 20 dan 21, di usia saya ke-22 ini, saya semakin sadar bahwa hidup ternyata tidak serumit yang pikiran idealisme saya bayangkan. Bahwa hidup itu lebih dari hanya bertahan atau survive saja. Saya akhirnya mampu merasakan banyak kebahagiaan lahir dari hal-hal sederhana. Tentu saja, kebahagiaan yang seperti itu datang dari pilihan-pilihan yang kita ambil, dari keberanian kita menghadapi dilema dan keputusan yang pada akhirnya kita buat. Jujur saja, saya sangat merasa cukup dengan hal tersebut.
Ditambah lagi, saya menemukan novel bagus sebulan sebelum saya beranjak 22. Everything Everything karya Nicola Yoon yang sangat lucu dan menggemaskan. Gaya berceritanya sederhana namun sukses bikin saya ketagihan. Saya sampai tiga kali membaca ulang beberapa best lines dari novel tersebut.
Mengutip dari review saya di goodreads, "Novel ini mengingatkan saya untuk selalu mencintai dengan tulus dan berani, membela diri sendiri dan memilih sebuah keputusan dengan berani, dan yang paling menyentuh saya adalah saya dapat dengan mudah mengikuti apa yang Madeline, tokoh utama novel ini, mensyukuri hal-hal sekecil apapun itu seperti daily basis activities. Saya jadi lebih khidmat merasakan nikmatnya bangun tidur di pagi hari, menata guling dan selimut, berjalan kaki, lompat tali, minum air lemon, memegang motor, menatap awan abu-abu, belanja di pasar tradisional, menyentuh tekstur sayur mayur yang segar, memasak, menyentuh kertas, membaca, menyentuh pena, berpikir, ngantor, ngobrol dengan kawan, sampai rindu dengan seseorang. Saya sangat senang pada hal-hal yang mengingatkan saya bahwa bahagia dapat lahir dari hal-hal sederhana yang biasanya tidak dianggap penting oleh kebanyakan orang dewasa. Buku ini berhasil melakukannya dengan baik."
Betapa bahagianya saya mengingat banyak sekali yang Tuhan beri pada saya di awal 20 tahunan ini.
Punya keluarga yang luar biasa. Ibu yang berhati emas, open minded, asyik diajak ngobrol apa aja termasuk urusan asmara, keluarga, rencana keuangan, sampai resep masakan. Nisa, yang supel dan seru, bisa diajak ngobrolin hal-hal absurd sampai hal penting termasuk rencana-rencana setelah sama-sama menjadi pegawai di kementerian yang sama, problematika hidup, asmara, sampai sharing buku dan film. Nana, adik bungsu yang rajin banget ngapa-ngapain, yang asyik diajak bercanda karena basically emang lucu, yang kalau ngobrol pasti nyambung karena tau banyak hal sampai saya sebagai kakak sulungnya merasa kalah pintar.
Saya juga menemukan bentuk kebahagiaan lain, kebahagiaan yang berbeda, kebahagiaan yang mengambil tempat khusus dalam hati saya. Saya pada akhirnya menemukan sebuah rumah pada jiwa dan pikiran seseorang; sebuah kenyamanan untuk bisa bernaung, bermonolog, berdialog bahkan tentang apa saja tanpa batas, tanpa rasa takut, tanpa rasa khawatir pada kemungkinan-kemungkinan buruk sebuah jalinan yang lebih dari sekadar kabar dan cerita sehari-hari.
Pada babak ini, saya sadar bahwa kebahagiaan saya ditentukan sejak saya memilih. Saya memilih untuk settle karena ada satu hal besar yang dapat diperjuangkan bersama. Dari situ, Tuhan membukakan banyak kesempatan untuk merasakan kebahagiaan-kebahagiaan yang bahkan sebelumnya belum pernah saya cecap sama sekali. Tuhan memang Maha Baik :)
Ditambah lagi, saya menemukan novel bagus sebulan sebelum saya beranjak 22. Everything Everything karya Nicola Yoon yang sangat lucu dan menggemaskan. Gaya berceritanya sederhana namun sukses bikin saya ketagihan. Saya sampai tiga kali membaca ulang beberapa best lines dari novel tersebut.
![]() | ||||
Pict courtesy: My own snapgram |
I could feel the power of loving and the bliss of being loved.
That is pretty incredible.
![]() |
Pict courtesy: My own snapgram |
Deducing this is such a friendly reminder to 21 me
Betapa bahagianya saya mengingat banyak sekali yang Tuhan beri pada saya di awal 20 tahunan ini.
The most precious people in my life.
While something happened among us, it must be everything romantics.
This boundary is created subconsciously. And it supposed to be a long lasting one.
Punya keluarga yang luar biasa. Ibu yang berhati emas, open minded, asyik diajak ngobrol apa aja termasuk urusan asmara, keluarga, rencana keuangan, sampai resep masakan. Nisa, yang supel dan seru, bisa diajak ngobrolin hal-hal absurd sampai hal penting termasuk rencana-rencana setelah sama-sama menjadi pegawai di kementerian yang sama, problematika hidup, asmara, sampai sharing buku dan film. Nana, adik bungsu yang rajin banget ngapa-ngapain, yang asyik diajak bercanda karena basically emang lucu, yang kalau ngobrol pasti nyambung karena tau banyak hal sampai saya sebagai kakak sulungnya merasa kalah pintar.
![]() | |||
OJTers, Januari 2017 |
![]() |
Sumpah Jabatan PNS, Januari 2018 |
Friends, colleagues, who know you well.
Who care, who share almost everything, who do something together.
They already made Pangkalan Bun being so much more fun and exciting.
Punya teman-teman sekaligus rekan kerja yang seru seperti mereka di perantauan sekaligus tempat penempatan dinas pertama saya ini, membuat saya merasa beban kerja dan homesick sering kali tidak berarti. Saya masih bisa berolahraga hampir setiap pagi karena daerah yang sepi dan bebas dari polusi udara dan polusi kendaraan, saya masih bisa berbelanja ke pasar tradisional yang sayur mayurnya nyaris lengkap, saya masih bisa pergi nongkrong sesekali bersama teman-teman ke Itut Kadut Company (IKC); tempat nongkrong terbaik se-Pangkalan Bun yang punya stacko, monopoli, Uno cards, kartu remi, menu juara Mie Hot Plate favorit banyak orang, yang saya sendiri mengidolai Avocado Keroknya; ngobrol sampai tengah malam bareng teman-teman saya ini, saya juga masih bisa ngecharge ide-ide di Kobuki; cafe mini yang koleksi bukunya keren dan punya interior design yang bagus, mau lama-lama di sana itu betul-betul relieving, saya juga masih bisa menyesap Chocolate Grande kesukaan saya di Coffee Toffee, tentunya bareng sama mereka lagi. They are such my brother and sister at the same time.
![]() | |
Pangkalan Bun Squad at Itut Kadut Company |
![]() |
Coffee Toffee's Favorite |
A bliss is our choice.
We do decide, so we make things happened for ourselves.
Pada babak ini, saya sadar bahwa kebahagiaan saya ditentukan sejak saya memilih. Saya memilih untuk settle karena ada satu hal besar yang dapat diperjuangkan bersama. Dari situ, Tuhan membukakan banyak kesempatan untuk merasakan kebahagiaan-kebahagiaan yang bahkan sebelumnya belum pernah saya cecap sama sekali. Tuhan memang Maha Baik :)
![]() | ||||
SWQ, February 2018 |
Have you ever gone to a place you never be there before and you already feel so homey?
![]() | |
Gili Traawangan, February 2018 |
Visiting some places with your person.
Unfathomable happiness that is.
You know you were falling in love, when you just cant stop it
and you find out yourself being someone better.
Saya menerima kado indah dan menyenangkan sebelum saya menginjak usia 22 dari seseorang yang setiap hari dan every the end of the day menjadi seseorang yang bisa diajak ketawa dan ngobrol segala-galanya. Have a trip with the one you love from Sumbawa Besar to Sumbawa Barat and visiting some places and beaches which are sooooo beautiful! Maluk Beach, Sekongkang, Tropical Resort Beach, Yoyo's Beach, Kertasari Beach, looking at almost milkiway at Yoyo's homestay. Of course we enjoying doing something together along the way; eating Chocolate Pejoy and Matcha Pejoy which are our favorite snacks, singing beautiful and old songs, eating Bakso Malang at Alas, drinking our favorite beverage: Milk Tea by Ichitan, buying Srikaya, and we ended up with cozy conversations until drop.
![]() |
A man behind the beautiful trip from Sumbawa Besar to Lombok and Sumbawa Barat |
In a life time, you will once meet the time you consider it is the right time the universe say to you,
He is the one you look for.
He is the home you have to settle in.
He is the one you look for.
He is the home you have to settle in.
Sekarang jadi tahu, setelah banyak hal dilalui, yang saya ingin itu sebenernya hanya satu. Bahagia. Dan bahagia itu bermacam-macam bentuknya. Saya percaya, selama saya hidup dan yakin pada banyak hal-hal baik, saya tidak akan pernah kehabisan cara untuk berbahagia.
![]() |
22 Midnight Birthday surprises from Abeth, Depik, Irma (Thanks, guys, Bidadari Gg. Panda!) |
So, happy birthday, me!
Be happy always.
You are literally surrounded by loves.